Yaman – Kelompok militan Houthi Yaman menyatakan tekadnya untuk terus mengincar kapal-kapal Israel atau yang menuju Israel, meski menjadi target serangan udara dari AS dan Inggris. Pernyataan tersebut disampaikan oleh Ketua Dewan Politik Tertinggi Houthi, Mahdi Al-Mashat, yang menggambarkan serangan AS-Inggris sebagai tindakan brutal dan kriminal.
Menurut Al-Mashat, serangan tersebut merupakan pelanggaran nyata terhadap semua hukum, dan Houthi bersiap untuk membayar mahal atas agresi yang dilakukan. Pihaknya menegaskan komitmen untuk mencegah kapal-kapal Israel atau yang menuju Israel dan Palestina yang diduduki, terlepas dari agresi Zionis Amerika dan Inggris terhadap rakyat Yaman.
“Darah rakyat Yaman berharga, dan balas dendam kami tidak akan berkurang,” tegas Al-Mashat. Ia menambahkan bahwa tindakan AS dan Inggris tidak akan menghentikan Yaman dari dukungannya terhadap Palestina.
Pada Kamis (11/1/2024), militer AS dan Inggris melancarkan serangan terhadap wilayah Houthi di Yaman. Gedung Putih menyatakan bahwa tindakan ini merupakan balasan atas serangan Houthi yang dianggap ilegal dan mengganggu stabilitas di Laut Merah. Serangan gabungan tersebut, didukung oleh Belanda, Kanada, Bahrain, dan Australia, disebut sebagai hak pertahanan diri individu dan kolektif sesuai dengan Piagam PBB.
Houthi sendiri menyebut serangan terhadap kapal-kapal komersial terkait Israel sebagai bentuk solidaritas terhadap Palestina, merespons gempuran militer Israel di Gaza pada Oktober 2023. Konflik ini semakin memanas, dan Yaman tetap teguh dalam dukungannya terhadap Palestina, meski dihadapkan pada tekanan dari kekuatan asing.
Situasi di Yaman menjadi sorotan utama, menciptakan ketegangan di Timur Tengah. Ancaman Houthi terhadap kapal-kapal Israel meninggalkan pertanyaan besar mengenai kemungkinan eskalasi konflik dan dampaknya terhadap stabilitas regional.