Pada Minggu (14/1), ledakan mengguncang kilang minyak terbesar Israel di Teluk Haifa, Palestina. Informasi dari sumber media Israel mengindikasikan bahwa serangan rudal menjadi penyebab potensial dari peristiwa tersebut.
Melalui video yang beredar di media sosial, ledakan disertai asap tebal yang langsung membubung tinggi ke langit. Meskipun awalnya pemerintah Israel membantah kejadian ini terjadi di kilang minyak, mereka kemudian mengakui bahwa ledakan terjadi di dekat lokasi tersebut. Pemerintah menyatakan bahwa kerusakan pada fasilitas produksi polietilen di dalam kilang menjadi pemicu ledakan, yang disangkal terkait dengan aspek keamanan dan pertahanan Israel.
Pemerintah Israel merespon dengan menghentikan sementara produksi kilang minyak. Sampai saat ini, belum ada informasi resmi mengenai korban jiwa atau luka-luka akibat peristiwa ini. Berdasarkan Badan Administrasi Informasi Energi AS (IEA), kilang minyak di Teluk Haifa memiliki kapasitas produksi mencapai 197 ribu barel per hari, menjadikannya yang terbesar dari dua kilang milik Israel.
Selain menghasilkan bahan bakar minyak, kilang ini juga memproduksi berbagai produk petrokimia. Israel memiliki kilang minyak lainnya di Ashdod dengan kapasitas produksi 100 ribu barel per hari. Mayoritas produksi kilang tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan domestik, sementara kelebihan produksi diekspor ke kawasan Mediterania.
Sebelumnya, Israel mendapatkan seluruh kebutuhan energinya dari impor, namun sejak 2016, mereka mulai melakukan eksplorasi migas di Dataran Tinggi Golan yang direbut dari Suriah. Dari eksplorasi ini, Israel menemukan cadangan minyak terbukti sebesar 14 juta barel. Selain itu, produksi minyak juga dilakukan di kawasan lepas pantai Laut Mati.