Robot Militer Rusia ‘Turtle’, Inovasi Terbaru di Zona Perang Ukraina”

Pertama kalinya dalam sejarah, Militer Rusia telah menciptakan dan menggunakan robot yang diberi nama ‘Turtle’ untuk mengirimkan amunisi kepada pasukan di zona pertempuran. Perkembangan ini menjadi bagian dari tren penggunaan robot dan teknologi otonom yang semakin meningkat, dengan zona perang Ukraina menjadi panggung uji coba.

CEO perusahaan pengembang robot Argo, Konstantin Bagdasarov, mengungkapkan bahwa robot ‘Turtle’ saat ini aktif di Republik Rakyat Luhansk, yang telah menjadi pusat konflik sejak invasi dimulai pada tahun 2022. Robot ini dirancang khusus untuk mengirimkan amunisi dan makanan, termasuk ranjau untuk awak mortir. Bagdasarov menjelaskan bahwa ‘Turtle’ dapat bekerja di depan, mampu membawa beban hingga 500 kilogram, dan memiliki jangkauan hingga lima kilometer.

Dengan tinggi badan sekitar satu meter, robot ini memiliki penampilan yang sederhana, sulit dikenali secara visual, dan dapat bergerak dengan kecepatan maksimal 10 kilometer per jam. Bagdasarov menegaskan bahwa ‘Turtle’ dirancang untuk mendukung prajurit berjalan kaki dan dapat mengikuti tag radio yang dibawa oleh kelompok tentara.

Baca juga:  William Lai Berhasil memenangkan pemilihan presiden (pilpres) Taiwan 2024

Perusahaan Argo tengah mengembangkan versi terbaru dari robot ‘Turtle’ yang dirancang untuk operasi tempur. Robot ini akan dilengkapi dengan peta elektronik wilayah, lidar untuk pemindaian darat, dan sistem komunikasi satelit. Dengan ukuran yang lebih besar, serta dilengkapi dengan sasis, roda, dan track yang berbeda, robot ini diharapkan dapat memenuhi tuntutan medan perang yang lebih kompleks.

Pengumuman ini muncul beberapa hari setelah media sosial yang terkait dengan Kremlin menayangkan rekaman kendaraan darat tak berawak Rusia membawa pasokan ke pasukan garis depan di Ukraina, sambil berhasil menghindari serangan drone mini Ukraina dan mengevakuasi tentara yang terluka.

Penggunaan robot di medan perang menjadi strategi yang semakin umum, terutama dengan kehadiran drone udara bersenjata dan ancaman artileri. Logistik, pasokan, dan evakuasi menjadi fokus utama dalam menghadapi risiko di garis depan di Ukraina. Sam Bennett, analis riset di Center for Naval Analyses, menjelaskan bahwa platform DIY (buatan sendiri) seperti robot ‘Turtle’ menjadi solusi bagi kedua belah pihak.

Baca juga:  Israel Diduga Manfaatkan Rumah Sakit Indonesia di Gaza sebagai Basis Militer

Marker

Selain ‘Turtle’, Rusia sebelumnya juga telah memperkenalkan robot tempur ‘Marker’ yang mampu mengenali dan menyerang target yang telah ditentukan sebelumnya. Pengujian robot seperti ‘Zubilo’, kendaraan darat serbu yang tahan terhadap peluru dan artileri, juga telah dilakukan di medan perang Ukraina.

Perang di Ukraina bukan hanya menjadi panggung konflik, tetapi juga uji coba bagi teknologi baru, terutama dalam pengembangan sistem otonom. Keberadaan kecerdasan buatan (AI) dan sistem otonom dalam medan perang menjadi sorotan global.

Sementara itu, serangan rudal Rusia terhadap Ukraina meningkat, menciptakan tantangan bagi pertahanan udara Ukraina. Serangan ini terutama mengarah pada kompleks industri militer, menandai ulang taktik yang pernah dilakukan pada musim dingin sebelumnya. Meskipun Ukraina mengalami kekhawatiran kekurangan rudal pertahanan udara, Presiden Zelensky telah meminta bantuan kepada mitra NATO untuk memperkuat sistem pertahanan udara dan menolak gencatan senjata.

Rekomendasi untuk Anda

Advertisement

Terkait

Terbaru