Pasangan Prabowo-Gibran dan timnya terus menggaungkan ide Pilpres satu putaran, meskipun peluang Pilpres dua putaran masih terbuka lebar. Namun, menurut Founder dan CEO PolMark Indonesia, Eep Saefulloh Fatah, keputusan satu atau dua putaran tetap akan memengaruhi persepsi kemenangan, terutama terkait asosiasi dengan Jokowi.
“Kalau Pak Jokowi kalah artinya Prabowo-Gibran kalah, menurut saya momentum politik bergerak. Katakanlah kalah itu tidak masuk putaran kedua atau malah kalah satu putaran,” ujar Eep dalam talkshow Info A1 kumparan, seperti dilansir Minggu (4/2).
Eep menjelaskan bahwa kemenangan atau kekalahan dalam satu atau dua putaran Pilpres tetap akan berdampak pada momentum politik dan persepsi publik. Bahkan, gagalnya menjadikan Pilpres satu putaran juga dianggap sebagai kekalahan.
Saat ini, menurut Eep, momentum politik belum menunjukkan kecenderungan yang kuat ke arah salah satu pasangan calon. Tidak jelas apakah momentum politik akan mengarah pada perubahan atau keberlanjutan.
“Buktinya, Prabowo yang mengusung keberlanjutan tidak bisa sampai 60% surveinya. Begitu juga dengan Anies misalnya yang mengusung perubahan, angka surveinya tidak dimulai dengan angka 30% misalnya,” ungkapnya.
Eep menambahkan bahwa jika Pilpres masuk ke putaran kedua, momentum politik cenderung akan melawan Jokowi. Pada tahap ini, setiap kandidat akan membawa data kecurangan dan berbagai peristiwa yang terjadi selama putaran kedua.
“Momentum bergerak melawan Pak Jokowi, itu tambahan energi luar biasa. Kali itu terjadi pertarungan akan lebih sengit terjadi,” tuturnya dengan keyakinan.