Analisis Tajam Fahri Hamzah: Kelemahan Anies-Cak Imin dan Ganjar-Mahfud di Pilpres 2024

Dalam peta politik menjelang Pilpres 2024, Wakil Ketua Umum Partai Gelora, Fahri Hamzah, mengungkapkan analisis tajamnya terhadap kelemahan yang dimiliki oleh pasangan calon Anies-Cak Imin dan Ganjar-Mahfud. Dalam konferensi pers di The Taliwang Heritage and Resto, Cibubur, Jawa Barat, Fahri menyoroti poin-poin kritis yang, menurutnya, dapat menjadi kendala serius bagi kedua kubu tersebut.

Fahri dengan tegas menyatakan bahwa Anies-Cak Imin dan Ganjar-Mahfud terjebak dalam sistem yang telah mereka ikuti sejak awal. Pernyataannya disampaikan dalam konteks pembahasan terkait ambang batas pengajuan capres-cawapres yang tinggi, yakni 20 persen suara nasional. Fahri menegaskan bahwa sistem threshold ini sulit untuk diubah, dan pasangan tersebut seolah terperangkap di dalamnya.

“Mereka tidak sadar kalau sekarang dijebak, karena sejak awal mereka sendiri terlibat menciptakan sistem treshold yang menyebabkan kita kesulitan mencari argumen dari koalisi antara parpol-parpol yang ada,” jelas Fahri dalam keterangan pers Partai Gelora, Jumat 29 Desember 2023.

Analisis Fahri lebih lanjut mengungkap bahwa pasangan Anies-Cak Imin dan Ganjar-Mahfud menghadapi kesulitan dalam menempatkan diri mereka. Hal ini disebabkan oleh keterlibatan kubu-kubu tersebut dalam Kabinet Indonesia Maju, yang saat ini dipimpin oleh Presiden Jokowi. Fahri menilai bahwa posisi keduanya menjadi tidak jelas akibat kedekatan dengan pemerintahan saat ini.

Baca juga:  Politisi PDIP Aria Bima: Komunikasi dengan Tim Anies-Muhaimin Bahas Putaran Putaran Kedua

“Sedangkan pasangan Anies-Cak Imin dan juga Ganjar-Mahfud, menurut Fahri kesulitan menempatkan diri mereka. Sebab, kedua kubu tersebut buktinya masih berada dalam Kabinet Indonesia Maju pemerintahan Presiden Jokowi. Maka menurutnya, posisinya menjadi tidak jelas,” papar Fahri.

Fahri mengungkapkan bahwa ambang batas pencapresan sebesar 20 persen suara nasional telah menciptakan dinamika yang kompleks dalam arus politik. Dia sendiri telah mendukung penghapusan ambang batas ini, sebagaimana argumennya di Mahkamah Konstitusi (MK). Fahri mempertanyakan alasan di balik ambang batas yang tinggi tersebut, kecuali jika terkait dengan keterkaitan calon dengan pemerintahan yang sedang berkuasa.

“Saya waktu itu sudah berargumen di Mahkamah Konstitusi (MK), saat menjadi saksi dan pengusul penghapusan threshold 20 persen itu. Saya sudah menduga juga calon-calon yang akan muncul itu tidak akan beralasan, kecuali apabila calon itu dikaitkan dengan pemerintahan yang sedang memimpin sekarang ini,” ujarnya.

Fahri melihat bahwa kenaikan popularitas pasangan Prabowo-Gibran, yang menempati posisi nomor urut 2, terus terjadi. Menurutnya, hal ini karena pasangan tersebut memiliki posisi yang jelas di mata rakyat, tidak terperangkap dalam kompleksitas hubungan politik, dan dapat meneruskan capaian pemerintahan Presiden Jokowi.

Baca juga:  AMIN Soroti Kriminalisasi Jurnalis: Komitmen Anies-Cak Imin untuk Lindungi Hak Para Pewarta

“Itulah sebabnya acara real survei membuktikan bahwa pasangan nomor urut 2, Prabowo-Gibran terus mengalami peningkatan karena satu-satunya yang posisinya jelas di mata rakyat,” tegas Wakil Komandan Bravo Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran tersebut.

Fahri Hamzah menekankan pentingnya pasangan calon untuk memiliki argumen yang kuat dan jelas, serta mampu meyakinkan pemilih bahwa mereka memiliki visi dan program yang baik untuk masa depan Indonesia.

Rekomendasi untuk Anda

Advertisement

Terkait

Terbaru