Dalam pernyataan resmi, Juru Bicara Timnas Pemenangan Nasional Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (Timnas AMIN), Sukamta, mengungkap rencana ambisius pasangan calon nomor urut 1 tersebut. Mereka akan mengusung program bernama New Essential Forces (NEF) yang dirancang untuk mengubah lanskap sektor pertahanan, khususnya dalam hal pengelolaan pengadaan alat utama sistem pertahanan (alutsista).
Sukamta menjelaskan bahwa NEF adalah langkah strategis yang disusun dengan mempertimbangkan realitas negara Indonesia, yang saat ini cenderung lebih memilih berutang untuk membeli peralatan militer daripada fokus pada alat pertanian. Dalam pandangan anggota Komisi I DPR yang membidangi pertahanan dan keamanan, seorang presiden seharusnya memiliki prioritas yang bijak dalam pembangunan, terutama di tengah keterbatasan kondisi fiskal.
“Prioritas pada aspek pertahanan di atas kesejahteraan tidak bijak; pertahanan yang sejati terletak pada kualitas sumber daya manusianya,” tegas Sukamta.
Program NEF sendiri diarahkan untuk mengubah paradigma pengadaan alutsista dengan lebih fokus pada fungsi dan adaptasi teknologi. Sukamta menekankan pentingnya tidak hanya memperhatikan skala alutsista yang besar, tetapi juga menilai efektivitas, kecanggihan, dan efisiensi dari peralatan tersebut.
Pendekatan ini, menurutnya, juga mencerminkan pemahaman terhadap peribahasa Latin “civis pacem para bellum” atau “siapkan perang untuk mencapai perdamaian,” yang harus ditempatkan secara bijak sesuai dengan konteksnya. Sukamta menyarankan agar anggaran belanja alutsista tidak melampaui batas wajar, mengingat kesejahteraan rakyat juga merupakan kunci keberlanjutan ketahanan nasional.
“Ketidaksejahteraan rakyat juga dapat menjadi ancaman terhadap ketahanan nasional. Negara akan rentan meskipun memiliki alutsista kuat jika rakyatnya miskin,” tambahnya.
Selain itu, Sukamta merinci bahwa ketahanan suatu negara tidak hanya bergantung pada kekuatan militer dan alutsista. Di era ini, model dan spektrum peperangan terus berkembang, mencakup perang non-militer dan perang hibrida. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Sumber Daya Nasional untuk Pertahanan Negara (PSDN) pun telah mengakui tiga bentuk ancaman tersebut.
“Sejarah membuktikan bahwa dengan keterbatasan senjata yang canggih, kita bisa merdeka dan mengusir penjajah dari bumi pertiwi,” ungkap Sukamta, menegaskan pentingnya pengalaman sejarah dalam membentuk strategi pertahanan yang efektif.
Dalam debat ketiga calon presiden Pemilu 2024, yang dijadwalkan di Istora Senayan, Jakarta, akan mempertemukan tiga capres. Mulai pukul 19.00 WIB, tema debat mencakup isu-isu strategis seperti pertahanan, keamanan, hubungan internasional, globalisasi, geopolitik, dan politik luar negeri.