Peningkatan signifikan elektabilitas Partai Solidaritas Indonesia (PSI) mencapai 4,2 persen menjadi sorotan utama. Kunci kesuksesan ini tidak hanya bergantung pada kerja keras pengurus DPP PSI, melainkan juga memperhitungkan pengaruh positif dari Ketua Umum, Kaesang Pangarep. Kehadiran Kaesang dalam PSI menjadi daya tarik besar, menciptakan lonjakan kepercayaan masyarakat terhadap partai tersebut.
Juru Bicara PSI, Irna Hutabarat, mengungkapkan bahwa peningkatan elektabilitas PSI tidak terlepas dari dampak positif kepemimpinan Kaesang. “Kaesang Pangarep menjadi ketua umum langsung ratusan ribu orang login ke PSI,” jelas Irna, menyoroti pengaruh positif yang Kaesang bawa kepada partai.
Irna menekankan bahwa sejumlah komunitas dan relawan yang sebelumnya tidak begitu tertarik pada dunia politik, kini aktif di PSI berkat ajakan dari berbagai pihak, termasuk LSM dan relawan Jokowi. Irna mengajak komunitas untuk lebih memahami politik dengan menjadi anggota PSI, melihatnya sebagai keuntungan bagi mereka.
Dalam pandangannya, kekuasaan di negeri ini masih sangat bergantung pada partai politik, dan Irna percaya bahwa tidak terlibat dalam politik akan merugikan. Ajakan PSI kepada relawan dan komunitas untuk bergabung dengan partai secara tidak langsung memberikan dampak positif terhadap elektabilitas PSI, meski Irna menekankan bahwa popularitas dan elektabilitas tidak selalu sejalan.
Irna menilai bahwa keberhasilan meningkatnya elektabilitas PSI telah membantah keraguan bahwa PSI tidak dapat masuk ke Senayan atau DPR RI. Ia yakin bahwa dengan elektabilitas sebesar 4,2 persen, PSI memiliki peluang besar untuk meraih kursi di DPR RI.
Ketua Umum PSI, Kaesang Pangarep, menyampaikan upayanya dalam melakukan konsolidasi dengan seluruh anggota PSI, khususnya di wilayah Aceh. Tujuan dari konsolidasi ini adalah untuk memenangkan PSI pada Pemilu 2024. Kaesang tidak memberikan rincian strategi secara terperinci, menyebutnya sebagai rahasia, dan menegaskan bahwa fokusnya adalah mencapai kemenangan PSI serta memberikan dukungan kepada Pak Prabowo dan Mas Gibran.
