Dalam perhelatan Pemilihan Presiden 2024, suhu politik semakin memanas dengan adu program yang ditawarkan oleh pasangan calon. Calon wakil presiden nomor urut 3, Mahfud MD, mengambil peran sentral dalam menyindir program makan siang dan susu gratis yang diusung oleh pasangan nomor urut 2, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.
Mahfud MD, dalam jumpa pers di Djakarta Theatre, Jakarta, pada Sabtu (30/12), menyampaikan kritiknya terhadap program tersebut. Ia dengan tegas membandingkan program makan siang gratis dan susu dengan inisiatif yang ia dan pasangannya, Ganjar Pranowo, tawarkan, yang mereka sebut sebagai program “Gastronomi.”
“Makan siang gratis, susu, dan sebagainya itu kan impor, barang-barang impor. Kalau Gastronomi dari bumi dan laut kita,” ungkap Mahfud, dengan nada kritis.
Pertanyaan yang diajukan Mahfud tak hanya sebatas mengenai asal-usul bahan program tersebut, tetapi juga menyoroti prospek jangka panjangnya. Ia menyatakan bahwa rakyat seharusnya diberi “kail pancing” yang dapat membawa manfaat jangka panjang, bukan hanya “ikan” sebentar.
Di sisi lain, pasangan Ganjar-Mahfud mempresentasikan program jangka panjang yang berfokus pada pemberian gizi masyarakat. Mereka ingin memberikan makanan yang tidak hanya memenuhi kebutuhan, tetapi juga bernilai gizi.
“Bukan hanya makan siang, tapi makanannya juga sehat,” tegas Mahfud MD, menggambarkan komitmen pasangannya terhadap isu kesehatan dan gizi masyarakat.
Pertarungan politik dalam Pilpres 2024 semakin ketat dengan kehadiran dua pasangan calon kuat lainnya, yaitu Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka. Salah satu program yang paling mencuat adalah program makan siang gratis dari pasangan Prabowo-Gibran.
Sebelumnya, pasangan ini aktif mengkampanyekan program makan siang dan susu gratis sebagai solusi terhadap masalah stunting dan tantangan generasi emas Indonesia. Mega proyek ini diperkirakan memerlukan anggaran sekitar Rp400 triliun per tahun, namun Dewan Pakar TKN Prabowo-Gibran, Panji Irawan, meyakini bahwa anggaran tersebut dapat ditemukan dengan memanfaatkan potensi pajak yang masih belum optimal.
“Kami sudah menghitung. Jadi memang angkanya bisa mencapai mungkin ratusan triliun, tetapi kita juga sudah menghitung bahwasanya di dalam kita punya koleksi dari tax (pajak) masih banyak kebocoran,” ungkap Panji, membuka perspektif terkait sumber pendanaan untuk proyek tersebut.