Adat pernikahan di Palembang memegang peranan penting dalam melestarikan budaya yang kaya dan terus berkembang seiring waktu. Tanpa mengurangi nilai-nilai adat istiadat, pernikahan di Palembang mencerminkan keindahan dan kekayaan budaya etnik yang diwariskan dari kejayaan dinasti Sriwijaya. Pengaruh keemasan raja-raja Sriwijaya di Semenanjung Melayu berabad silam terus turun-temurun, menjadikan adat pernikahan Palembang menarik perhatian masyarakat di luar kota.
Budayawan dan peneliti seni budaya setuju bahwa adat istiadat pernikahan Palembang masih mencerminkan kekayaan budaya masa lalu, terutama terlihat dari pakaian pernikahan yang dapat dijumpai di Museum Sultan Mahmud Badaruddin 2 Palembang. Sebelum mengikuti upacara resmi pernikahan, pasangan harus melalui serangkaian tata budaya yang menjadi bagian integral dari adat istiadat pernikahan Palembang.
Berikut adalah susunan adat istiadat pernikahan Palembang yang perlu diikuti oleh calon pengantin:
- Memilih Calon Pengantin Calon pengantin dapat diajukan oleh anak atau dicalonkan oleh orang tua. Proses ini melibatkan pengenalan keberadaan sang gadis oleh utusan keluarga pihak pria untuk mengetahui asal-usul dan silsilah keluarga.
- Madik Tahap awal pernikahan dimulai dengan acara madik, yang berarti mendekati atau pendekatan. Ini adalah proses pengenalan utusan keluarga pihak pria terhadap gadis yang akan dinikahi, bertujuan untuk mengetahui asal-usul dan silsilah keluarga.
- Menyengguk Setelah madik, dilakukan proses menyengguk yang artinya memasang “pagar” untuk menunjukkan keseriusan calon pengantin pria dalam meminang gadis tersebut.
- Ngebet Jika proses sengguk berhasil, pihak pria akan berkunjung kembali dengan membawa tenong atau sangkek yang berisi aneka bahan makanan. Ini menjadi tanda bahwa gadis tersebut telah “diikat” oleh pihak pria.
- Berasan Pada tahap berasan, kedua keluarga bertemu untuk membahas persyaratan pernikahan, baik dari pihak wanita maupun pihak pria. Mereka sepakat mengenai tata cara adat dan syariat agama Islam yang akan diterapkan dalam pernikahan.
- Mutuske Kato/Mutus Rasan Pihak keluarga pengantin pria datang membawa tujuh tenong berisi berbagai bahan makanan dan menyerahkan persyaratan adat yang telah disepakati. Acara ini diakhiri dengan doa memohon keselamatan, dan pengantin wanita melakukan sungkem pada calon mertua.
- Nganterke Belanjo Prosesi ini dilakukan sebelum acara munggah, di mana keluarga pengantin lelaki mengantar belanjaan sebagai persiapan menjelang pernikahan.
- Persiapan Menjelang Akad Nikah Sejumlah ritual dilakukan terhadap calon pengantin wanita, termasuk mandi uap (betangas), berbedak, dan berinai untuk mempercantik diri.
- Upacara Akad Nikah Akad nikah dilaksanakan sesuai tradisi Islam, dan utusan calon pengantin pria melakukan acara nganterke keris ke rumah calon pengantin wanita.
- Ngocek Bawang Persiapan awal untuk acara munggah dilakukan dengan pemasangan tapup dan persiapan bumbu-bumbu masak.
- Munggah Munggah menjadi acara puncak, di mana keluarga pengantin pria membawa antaran dan melakukan serangkaian upacara sebelum pernikahan resmi berlangsung.
- Nyanjoi dan Nyemputi Acara nyanjoi dan nyemputi dilakukan setelah munggah sebagai bentuk perayaan dan persiapan menjelang malam perkenalan antara pengantin lelaki dan pengantin wanita.
- Ngater Penganten Pada saat nganter penganten, dilakukan acara mandi simburan sebagai persiapan malam perkenalan.
- Peran Wanita dalam Pernikahan Adat Palembang Dalam seluruh prosesi pernikahan adat Palembang, peran kaum wanita sangat dominan. Mereka mengatur dan melaksanakan seluruh acara, sementara pihak lelaki lebih banyak menyiapkan “ponjen uang” dan melibatkan diri dalam upacara syukuran setelah pernikahan.
Dengan begitu, adat pernikahan Palembang bukan hanya sekadar serangkaian upacara, melainkan juga warisan budaya yang terus hidup dan berkembang, memperkaya keberagaman budaya Indonesia.