Pada zaman Kesultanan Palembang di abad ke-16, wilayah Batanghari Sembilan menjadi saksi perjuangan seorang tokoh agama Islam yang luar biasa, yaitu Bagus Kuning. Sebagai salah satu murid dari sembilan wali di Pulau Jawa, yang dikenal sebagai Walisongo, Bagus Kuning datang ke Palembang dengan tujuan suci: menyebarkan ajaran agama Islam.
Perjalanan Bagus Kuning tidaklah mudah. Rintangan dan pertarungan harus dihadapinya untuk meneruskan ajarannya. Penduduk setempat pun tidak selalu menerima dengan tangan terbuka, dan seringkali, pertarungan menjadi satu-satunya jalan untuk mempertahankan dan menyebarkan ajaran Rasulullah. Namun, keberanian dan kesaktian yang dimilikinya membawanya melalui rintangan itu, membuat banyak musuhnya takluk dan memeluk agama Islam.
Ketika perjalanan Bagus Kuning membawanya ke wilayah perairan Batanghari, dia harus menghadapi para pendekar setempat yang mahir ilmu bela diri. Namun, dengan tabah dan keyakinan bahwa Allah SWT adalah pelindung sejatinya, Bagus Kuning berhasil menaklukkan mereka, dan mereka pun menjadi pengikut setianya. Para pengikut inilah yang kemudian diangkat sebagai penghulu di wilayah Batanghari, membentuk sebuah struktur pemerintahan yang solid.
Setelah menguasai wilayah Batanghari, Bagus Kuning dan pengikutnya melanjutkan perjalanan ke bagian tengah kota Palembang, singgah di Plaju. Namun, mereka tanpa sengaja memasuki wilayah Kerajaan Siluman Kera yang tertutup. Konflik tak terelakkan, dan pertarungan sengit antara Bagus Kuning dan Raja Siluman Kera pun meletus. Bagus Kuning menegaskan tekadnya, menantang Raja Siluman Kera untuk bertarung.
Pertarungan itu membawa gema di seluruh wilayah. Gempa bumi, pohon-pohon seakan diayun angin besar, pertanda kekuatan luar biasa dari kedua belah pihak. Namun, keberanian Bagus Kuning dan kesaktian Raja Siluman Kera menciptakan pertarungan yang spektakuler. Dengan tekad yang bulat, Bagus Kuning akhirnya mampu mengalahkan Raja Siluman Kera.
Raja Siluman Kera menyerah kalah, mengakui kehebatan Bagus Kuning, dan bersujud hormat padanya. Para siluman kera pun tunduk pada kepemimpinan Bagus Kuning. Mereka menetap di wilayah itu dan menjadikan Bagus Kuning sebagai Ratu, menghormatinya sebagai pemimpin yang adil.
Namun, perjalanan Bagus Kuning tidak berakhir di sana. Meskipun berhasil menaklukkan siluman kera, tantangan dalam menyebarkan ajaran Islam masih menantinya. Kiprahnya sebagai pemimpin dan pembawa agama membuatnya dihormati oleh para pengikutnya. Hingga suatu hari, Ratu Bagus Kuning meninggal, tetapi pengikutnya tetap setia dalam menyebarkan ajaran Islam.
Legenda keberanian Ratu Bagus Kuning terus berkembang dan menjadi bagian integral dari cerita rakyat Palembang. Kisahnya yang penuh heroisme menjadi inspirasi bagi generasi selanjutnya. Warisan berharga dari seorang wanita pemberani yang menjadikan Ratu Bagus Kuning sebagai simbol keadilan, keberanian, dan kearifan di tanah Palembang.