Menapaki Jejak Belanda di Benteng Kuto Besak Palembang

Salah satu situs bersejarah di Kota Palembang, Sumatera Selatan, adalah Benteng Kuto Besak. Pembangunan benteng ini berlangsung pada abad ke-18 oleh Kesultanan Palembang Darussalam sebagai upaya pertahanan terhadap serangan Belanda. Setelah runtuhnya Kesultanan Palembang pada tahun 1821, Benteng Kuto Besak jatuh ke tangan Belanda, menjadi pusat pemerintahan mereka di wilayah Palembang.

Dengan luas sekitar 14 hektar, benteng ini berbentuk persegi panjang dan terbagi menjadi dua bagian utama: bagian dalam dan bagian luar. Bagian dalam berfungsi sebagai tempat tinggal para pejabat Belanda dan keluarga mereka, sementara bagian luar digunakan untuk para prajurit dan rakyat jelata.

Pembangunan Benteng Kuto Besak melibatkan penggunaan bahan-bahan kokoh seperti batu bata, semen, dan kayu. Struktur benteng ini mencakup dua pintu gerbang, yaitu pintu gerbang utama di sisi barat dan pintu gerbang kecil di sisi timur.

Di dalam kompleks benteng terdapat bangunan-bangunan bersejarah yang mencakup Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin II, Istana Gubernuran, dan Kantor Pos Palembang. Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin II, dibangun oleh Belanda pada tahun 1821, masih berfungsi hingga kini. Sementara Istana Gubernuran, dibangun pada tahun 1877, digunakan sebagai tempat tinggal para gubernur Belanda di Palembang. Kantor Pos Palembang, didirikan pada tahun 1879, menjadi kantor pos tertua di kota ini.

Baca juga:  Cara Membuat Pempek Asli Palembang, Resep Turun Temurun Enak dan Mantap!

Sebagai saksi bisu sejarah Kota Palembang, Benteng Kuto Besak menyimpan berbagai kisah dan peristiwa signifikan, mulai dari masa Kesultanan Palembang hingga masa penjajahan Belanda.

Jejak Belanda di Benteng Kuto Besak

Warisan Belanda di Benteng Kuto Besak tercermin dalam berbagai aspek, termasuk struktur fisik, desain arsitektur, dan pengaruh budaya.

Dari segi struktur fisik, Benteng Kuto Besak didirikan dengan gaya arsitektur Eropa, menonjolkan tembok tinggi dan tangguh, lengkap dengan pertahanan bastion, parit, dan menara pengawas.

Dalam hal desain arsitektur, Benteng Kuto Besak memadukan elemen gaya arsitektur Eropa dan Asia. Ini terlihat dari penggunaan material konstruksi seperti batu bata, semen, dan kayu. Selain itu, benteng ini juga mengusung ornamen khas Asia, seperti ukiran dan kaligrafi, yang memberikan sentuhan unik pada struktur tersebut.

Pada sisi budaya, Benteng Kuto Besak memberikan dampak besar terhadap budaya Kota Palembang. Ini tercermin dari penggunaan bahasa Belanda di lingkungan benteng, dan keberadaan sejumlah bangunan bersejarah yang dibangun oleh Belanda.

Baca juga:  Suku di Palembang dan Sumatera Selatan: Ragam Budaya yang Memperkaya

Benteng Kuto Besak sebagai Destinasi Wisata

Benteng Kuto Besak telah menjadi salah satu tujuan wisata yang sangat diminati di Kota Palembang, menarik perhatian baik dari pengunjung lokal maupun mancanegara.

Di dalam kompleks benteng ini, tersedia berbagai fasilitas wisata, termasuk museum, taman, dan tempat pertunjukan seni. Museum Benteng Kuto Besak menampilkan koleksi benda-benda bersejarah seperti senjata, pakaian, dan dokumen-dokumen berharga. Taman di dalam benteng menciptakan suasana yang segar dan menyenangkan untuk bersantai sambil menikmati pemandangan Sungai Musi. Area pertunjukan seni di benteng sering dijadikan tempat untuk berbagai acara, termasuk festival budaya dan konser musik.

Benteng Kuto Besak bukan hanya sebuah landmark bersejarah untuk Kota Palembang, tetapi juga merupakan bagian penting dari warisan sejarah. Oleh karena itu, penting untuk menjaga dan mengembangkan benteng ini sebagai destinasi wisata yang menarik dan berharga.

Alamat: https://maps.app.goo.gl/ykmkESdrLVvHEwfo8

Rekomendasi untuk Anda

Advertisement

Terkait

Terbaru