Tari Pagar Pengantin merupakan ekspresi seni yang memadukan perpisahan pengantin dengan keluarga lamanya dan penyambutan tamu undangan dalam tradisi Sumatera Selatan. Sebelum menjadi bagian dari warisan budaya ini, tari tersebut awalnya muncul sebagai respons terhadap lirik lagu Nasib yang diciptakan oleh Yulius Toha pada tahun 1960-an. Filosofi gerak dan lirik lagu ini dikenal sebagai “rasan tuo,” yang mencerminkan takdir dalam mencari pasangan hidup.
Perkembangan Tari Pagar Pengantin di Palembang mengalami dua tahap utama, yaitu penyebarluasan dalam wilayah pengenalan dan penggarapan gerak. Proses ini melibatkan pengayaan dan penambahan unsur baru sesuai dengan tuntutan zaman, tetapi tetap menjaga nilai-nilai sakral yang melekat pada tarian ini.
Tari Pagar Pengantin lahir dari permintaan pejabat di Kabupaten Komering, seperti OKU (Ogan Komering Ulu) dan OKI (Ogan Komering Ilir), daerah yang ingin memiliki tarian penyambutan khas sebagai ciri identitas Kabupaten tersebut. Sejak tahun 1960, tari ini menjalani proses panjang dalam pengembangan gerak dan peningkatan kualitasnya.
Dalam penciptaannya, beberapa gerak yang terdapat dalam Tari Pagar Pengantin mirip dengan gerak yang ada pada tarian adat Sumatera Selatan, seperti gerak kenange/cumping, gerak kecubung, gerak borobudur, dan gerak sembah.
Tari Pagar Pengantin disajikan oleh lima penari, dengan penari utama berperan sebagai pengantin perempuan, sementara empat penari lainnya, disebut dayang, mengelilingi penari utama, menciptakan keunikan tersendiri dalam pertunjukan ini.
Sebelum memulai prosesi tari, kedua keluarga, yaitu besan dan mertua, melakukan pertemuan yang disebut nindai untuk saling mengenal dan menjalin keakraban. Ini menunjukkan bahwa Tari Pagar Pengantin bukan hanya sebuah pertunjukan, tetapi juga simbol kebersamaan keluarga.
Tari Pagar Pengantin memiliki daya tarik khusus, terutama bagi pengantin, dan menjadi bagian integral dari upacara pernikahan di Palembang. Meskipun berbagai tarian adat lainnya, seperti Gending Sriwijaya, Tepak Keraton, Tanggai, Lilin Syiwa, dan Penguton, turut memeriahkan resepsi pernikahan, Tari Pagar Pengantin tetap unik karena khusus dipersembahkan untuk pengantin dalam momen bersejarah ini.
Keunikan Tari Pagar Pengantin membawa daya tarik tersendiri bagi masyarakat Palembang. Pengantin dan keluarganya merasa tertantang untuk memberikan penampilan terbaik dalam persembahan tarian ini. Tarian ini menjadi medium untuk mengekspresikan keindahan gerakan dan makna filosofisnya, yakni pengantin perempuan yang bersedia tunduk dan berbakti kepada suami, sesuai dengan ruang gerak yang diizinkan oleh suami.
Dengan segala keunikan dan daya tariknya, Tari Pagar Pengantin tidak hanya menjadi bagian dari warisan budaya, tetapi juga menunjukkan keberagaman seni dan keindahan tradisi pernikahan di Sumatera Selatan, khususnya di kota Palembang.