Aksara Komering, digunakan sebagai medium penulisan bahasa Komering, dialek yang dipertuturkan di daerah Sumatera Selatan, merupakan salah satu aksara turunan dari Brahmi yang diyakini telah berkembang sejak abad ke-7 Masehi.
Bentuk Aksara Komering mirip dengan aksara Lampung dan aksara Ogan, terdiri dari 19 huruf konsonan, 11 huruf vokal, dan 15 tanda baca. Konsonan dalam aksara ini memiliki inheren /a/ yang dapat dimodifikasi dengan menggunakan tanda vokal.
Pada awalnya, Aksara Komering digunakan untuk menulis berbagai jenis naskah, termasuk naskah keagamaan, naskah sastra, dan naskah sejarah. Namun, seiring berjalannya waktu, penggunaannya mengalami penurunan. Saat ini, hanya sebagian kecil masyarakat Komering yang masih menggunakan aksara ini, terutama kalangan tetua adat dan tokoh agama.
Aksara Komering merupakan bagian penting dari warisan budaya Sumatera Selatan, mencerminkan kekayaan budaya dan sejarah masyarakat Komering. Oleh karena itu, menjaga kelestarian aksara ini menjadi suatu keharusan agar tidak tergerus oleh arus waktu.
Beberapa langkah yang dapat diambil untuk melestarikan Aksara Komering antara lain:
- Meningkatkan Kesadaran Masyarakat: Penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya melestarikan Aksara Komering. Kampanye publik dan kegiatan sosialisasi dapat membantu membangkitkan minat dan kepedulian terhadap keberlanjutan penggunaan aksara ini.
- Pendidikan dan Pelatihan: Memberikan pendidikan dan pelatihan mengenai Aksara Komering kepada masyarakat dapat menjadi langkah efektif. Melalui kegiatan ini, generasi muda dapat memperoleh pengetahuan dan keterampilan dalam menggunakan aksara ini.
- Penggalian dan Dokumentasi Naskah: Meneliti, menggali, dan mendokumentasikan naskah-naskah berbahasa Komering yang ditulis dengan menggunakan Aksara Komering merupakan cara untuk memastikan bahwa karya-karya ini tetap tersedia dan dapat diakses oleh generasi mendatang.
Dengan mengimplementasikan upaya-upaya tersebut, diharapkan Aksara Komering dapat terus diteruskan dan tetap menjadi bagian integral dari identitas budaya masyarakat Sumatera Selatan.