Kisah Inspirasi: Kisah Seorang Nenek dan Minyak Goreng

Suatu hari, saya bertemu dengan seorang nenek. Wanita renta itu mengenakan kebaya bermotif kembang, tampak rapuh, dan memegang sebuah kantong plastik berwarna hitam yang sudah agak lusuh. Saya duduk di sebelahnya di dalam metromini yang menuju stasiun KA.

Nenek itu sangat tua, punggungnya membungkuk, dan keriput di matanya terlihat jelas. Matanya selalu berair, keriputnya seperti alur sungai yang berkelok-kelok. Hmm… Dia tersenyum pada saya, dan saya membalas senyumnya. Kemudian, dia bertanya ke mana saya pergi.

“Saya mau pergi kerja,” jawab saya, sambil penasaran tentang isi kantong plastik yang dipegangnya.

“Minyak goreng,” jawabnya. Ternyata, dia baru saja mendapatkan sembako, dan kantong plastik itu berisi minyak goreng yang akan digunakan untuk menggoreng tepung buat cucunya. Dia terlihat lelah, mungkin setelah seharian mengantri untuk mendapatkan minyak tersebut. Tanpa diminta, nenek itu menceritakan bahwa cucunya sangat suka tepung goreng, dan ini menjadi sajian spesial yang dia berikan pada cucunya setiap sore.

Dia menjelaskan bahwa dia tidak punya banyak uang untuk membeli makanan lain selain gorengan tepung buatannya. Bahkan, tidak setiap hari dia bisa memberikan makanan tersebut karena tergantung pada ketersediaan minyak dan tepung yang didapat secara gratis.

Baca juga:  Kisah Inspirasi: Seorang Anak Pemarah dan Ayah yang Bijaksana

Saat mendengar ceritanya, saya merasa terharu. Bayangkan, seorang nenek yang dengan sabar mengantri demi memberikan yang terbaik untuk cucunya. Nenek ini memberikan pelajaran hidup yang sangat berharga. Saya teringat akan Ibu saya. Allah memang Maha Bijak; nenek itu hadir untuk memberikan pengingat kepada saya.

Beberapa waktu belakangan ini, saya sering lupa akan keberadaan Ibu. Makanan yang disiapkannya kadang terabaikan begitu saja. Mungkin karena saya terlalu sibuk dengan pekerjaan. Seringkali, saya pulang ke rumah dan menemukan nasi goreng yang masih ada di meja, belum tersentuh sejak pagi.

Ada juga saat-saat ketika saya tidak merasakan masakan Ibu di rumah karena sudah makan di tempat lain. Bayangkan betapa sedihnya Ibu melihat hal ini. Saya merasa bersalah. Saya yakin Ibu menyisipkan harapan dalam setiap hidangan yang dia sajikan. Ketika memasak, dia pasti menambahkan kasih sayang dan doa-doanya untuk saya. Ibu mengolah masakan dengan penuh perhatian, mencampurkan bumbu dengan cinta, sama seperti cara dia merawat dan mencintai saya. Sentuhan lembutnya, pengelusannya, seperti saat dia mengelus kepala saya di masa kecil.

Baca juga:  Kisah Inspirasi: Seorang Anak Pemarah dan Ayah yang Bijaksana

Metromini telah tiba di stasiun. Setelah berpamitan pada nenek itu, saya turun dari kendaraan. Namun, hari itu saya memiliki keputusan. Mulai besok, saya akan menikmati setiap hidangan yang Ibu sajikan untuk saya. Tanpa pilih kasih. Saya yakin ini adalah bentuk ungkapan cinta dan penghargaan saya kepada Ibu. Saya percaya, ini adalah yang terbaik yang bisa saya berikan sebagai wujud rasa terima kasih kepada Ibu.

Rekomendasi untuk Anda

Advertisement

Terkait

Terbaru